KrisnaNusantara.com – Bagi mereka yang tinggal di desa-desa kawasan sungai Bengawan Solo, pasti tidak asing lagi dengan perahu tambang.
Perahu yang digunakan sebagai alat transportasi penyeberangan dari satu desa ke desa yang lain ini, ternyata sampai masih eksis hingga kini .
Salah satunya di kawasan kecamatan Laren, kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Dengan menaiki perahu tambangan, warga bisa mempersingkat waktu perjalanan saat ingin ke desa seberang.
Beda cerita kalau memilih menempuh jalur darat dengan melewati jembatan, akan membutuhkan waktu lebih lama.
Itulah alasan mengapa perahu tambangan ini masih menjadi transportsi andalan dan tetap dilestarikan meskipun dinilai cukup berisiko.
Sedangkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan para penumpangnya, ternyata perahu tambangan ini selalu melakukan upgrade.
Perahu yang awalnya berbahan dasar bambu dan hanya bisa memuat maksimal 10-12 orang, lambat laun dirubah menjadi perahu kayu yang lebih kokoh dan bisa memuat orang maksimal 7 motor.
Tidak hanya itu, saat ini perahu sudah dimaksimalkan lagi dengan berbahan besi, tentunya lebih besar dan kokoh. Sehingg, kini perahu tambangan bisa memuat orang dengan maksimal 13 motor di atasnya.
Perahu tambangan di kecamatan Laren, Lamongan, memiliki titik penyeberangan di beberapa desa.
Beberapa di antaranya adalah di desa Mojoasem yang berseberangan dengan Desa Siwuran, serta di desa Bulutigo yang berseberangan dengan desa Pangean.
Dua titik penyeberangan ini cukup ramai khususnya pada pagi hari, karena banyak pedagang yang akan pergi ke pasar seberang untuk berjualan atau belanja.
Perahu tambangan ini biasanya mulai beroperasi mulai pukul 5.30 WIB sampai pukul 21.00 WIB, dengan tarif pulang pergi Rp 3 ribu per orang dan Rp 5 ribu per orang jika menaiki motor.
Hal lain yang mengagumkan dari perahu tambangan adalah ketika menaikinya pada saat sore menjelang magrib, karena dari atas perahu kita bisa menikmati menawannya jingga senja. Inilah definisi “Old but Gold” yang sesungguhnya.
Meskipun perahu tambangan ini adalah warisan kuno, namun ternyata menyimpan banyak kemudahan dan keindahan yang layak untuk dibiarkan lestari. (*)