Warsubi Bupati terpilih Kabupaten Jombang tidak hadir tapi doakan dari tanah suci Kejuaraan Pencak Silat “Piala Rektor UNIPDU” Se-Kab.Jombang Tahun 2025 yang diselenggarakan berkat kerjasama oleh IPSI, PSHT, dan UNIPDU Jombang dikarenakan sedang ibadah Umroh.
Jombang – KrisnaNusantara.com. Panitia Kejuaraan Pencak Silat se-Kab.Jombang “Piala Rektor UNIPDU” Tahun 2025 memasukkan Bupati Terpilih Kabupaten Jombang Abah Warsubi dalam daftar undangan, dan berharap sekaligus membuka acara tersebut.
Abah Warsubi secara langsung mengkonfirmasi dengan minta maaf tidak bisa menghadiri undangan tersebut dikarenakan sedang menjalankan ibadah umroh di tanah suci Mekkah. (28/01/2025)
Bupati terpilih Kabupaten Jombang mendoakan semoga acara Kejuaraan Pencak Silat se-Kab.Jombang “Piala Rektor UNIPDU” Tahun 2025 ini berjalan lancar, aman, dan kondusif penuh barokah hingga mencapai hasil yang ditargetkan dan sukses PORPROV IX Jatim 2025 nanti.

Joko Prasetyo, S,Sy., S.H., M.H. atau Bang Jack selaku ketua umum ‘JACK AND ASSOCIATE – ADVOKAT & PENASEHAT HUKUM’ dan juga ‘SERIKAT JURNALIS NUSANTARA (SJN)’ menerima dan menyampaikan langsung kepada Panitia Penyelenggara dan seluruh peserta Kejuaraan Pencak Silat Se-Kab.Jombang “Piala Rektor UNIPDU” Tahun 2025 serta semua pihak yang terlibat.
PSHT wadahi jiwa patriotism para atlet pencak silatnya melalui kejuaraan pencak silat se-Kab.Jombang dan didukung oleh UNIPDU dalam topic acara “PIALA REKTOR UNIPDU” sebagai sinergitas antara Pondok Pesantren – kampus – kelompok sosial.

PSHT, singkatan yang tidak asing di telinga kita. Ya, nama lain yang kita kenal dengan ‘Persaudaraan Setia Hati Terate’ ini memang sangat dekat dengan masyarakat dimana identic dengan kelompok silat yang memiliki banyak anggota dan tersebar di kecamatan yang ada di Kabuapten Jombang.
Tidak ada salahnya jika kita mengenal lebih jelas dengan kelompok sosial bawah ini atau yang lahir dari perjuangan rakyat yang pada dasarnya bertujuan mulia membangun mental dan jiwa generasi bangsa sesuai budaya asli Indonesia.
Berikut redaksi sajikan dari hasil wawancara dengan narasumber yang bisa dipertanggungjawabkan dan penelusuran sumber tertulis dari berbagai referensi.
Organisasi Seni Beladiri atau Perguruan Silat seperti ini merupakan kelompok sosial yang memiliki tujuan melatih kepekaan jiwa atas perkembangan kehidupan yang melibatkan seluruh unsur di dalamnya seperti Tuhan, alam dan manusia sebagai pelaku utama kehidupan.

PSHT atau SH Terate merupakan organisasi pencak silat yang tergabung dan salah satu yang turut mendirikan ‘Ikatan Pencak Silat Indonesia’ (IPSI) pada tanggal 18 Mei 1948 (diambil dari kemhan.go.id. dengan judul artikel “SH Terate Ikut Wujudkan Bela Negara di Dunia Internasional” 27 Februari 2017). Pada 2021 tercatat SH Terate diikuti kurang lebih 10 juta anggota, memiliki cabang di 368 Kabupaten/Kota di Indonesia, 20 komisariat di Perguruan Tinggi dan 33 cabang khusus di luar negeri.
Dalam sejarahnya, organisasi seni bela diri pencak silat yang berpusat di Madiun ini ternyata berasal dari Kampung Tambak Gringsing Surabaya yang diletakkan dasar gerakannya oleh Ki Ageng Ngabehi Soeodiwirjo pada tahun 1903. Dan pada tahun 1922 dia pindah ke Madiun dan mendirikan Persaudaraan Setia Hati di Winongo.
Sebagaimana pada umumnya, ketika di sebuah perguruan terdapatlah seorang murid yang ingin membawa ajaran itu untuk dikembangkan dengan sasaran market yang berbeda. Ia adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang berasal dari Pilangbango berniat mendirikan pusat pergurauan ajaran Setia Hati dengan dasar untuk bisa dipelajari oleh seluruh rakyat kelas bawah dan tidak hanya dari golongan bangsawan saja.
Ki Ageng Ngabehi Soediwirjo setuju akan tetapi dengan memakai nama lain, maka dipakailah nama Perguruan Setia Hati Pemuda Sport Club (SHPSC) untuk mengelabuhi Belanda. Singkat cerita terdapat beberapa murid lain yang cemburu dan mengisukan bahwa SH PSC adalah SH Murtad dan berhianat dari pembawanya.
Tidak lama kemudian pusat latihan SH PSC digrebek oleh Kolonial Belanda dan Ki Hadjar Hardjo Oetomo beserta beberapa temannya diasingkan ke Jember, Cipinang, dan Padangpanjang. Kemudian kelompok murid yang lain menganggap dirinya sebagai SH pemurnian atau yang Ashli dan dikenal dengan nama SH Panti.
Sistem yang dipakai di SH PSC ini adalah sistem paguron atau istilah Bahasanya Perguruan, dimana guru ditempatkan di tingkat tertinggi sebagai patron perguruan.
Dalam perkembangannya kemudian, seorang murid Ki Hadjar Hardjo Oetomo yang bernama Soeratno Sorengpati mengganti nama SH PSC menjadi Setia Hati Terate. Penggantian nama ini disepakati dala kongres pertama yang diselenggarakan di rumah Ki Hadjar Hardjo Oetomo di Madiun pada 1948. Dan mengubah sistem ‘Perguruan’ menjadi ‘Persaudaraan’ untuk mendukung sistem demokrasi organisasi akan tetapi konsepsi ‘Perguruan’ tetap dilanjutkan.
Jadi PSHT bukanlah organisasi atau kelompok pesilat yang ‘anak kemarin sore’ dan proses berkembangnya pun penuh dengan perjuangan sebuah Perguruan untuk menjadi besar. Maka sudah tentu ada beberapa kelompok kecil karakter manusia yang tamak dan gila kekuasaan karena memunyai masa dan himpunan kekuatan yang berbeda haluan dan merusak bahkan mungkin melakukan pembelokan tujuan karena tidak faham misi mulia Persaudaran Setia Hati Terate sehingga mencoreng keluhuran organisasi dan mereka bukanlah dari golongan Setia Hati Terate.
(red.)