Travel & Kuliner

Goa Margo Trisno Nganjuk, Jejak Kisah Asmara Bangsawan Demak dan Jalan Tembus Pasukan Majapahit

×

Goa Margo Trisno Nganjuk, Jejak Kisah Asmara Bangsawan Demak dan Jalan Tembus Pasukan Majapahit

Sebarkan artikel ini
Goa Margo Trisno Ngluyu Nganjuk
Area Goa Margo Trisno dan Sendang Ubalan, Dusun Cabean, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk.

NGANJUK | KrisnaNusantara.com – Kisah asmara Raden Alip dan Nur Siti yang tentram dan abadi, begitu melekat mengiringi keberadaan Goa Margo Trisno dan Sendang Ubalan.

Tak heran, bila banyak orang yang berkunjung ke sana, bertujuan ngalap berkah demi kelanggengan hidup berumah tangga.

Goa Margo Trisno dan Sendang Ubalan ini, terletak di Dusun Cabean, Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk.

Goa Margo Trisno terkesan sangat magis. Sepanjang perut goa, gelap gulita. Cericit ribuan kelelawar menambah seramnya suasana doa. Terlebih, lokasi ini berada di tengah belantara hutan jati pegunungan Kendeng.

Untuk berkunjung ke Goa Margo Trisno, hanya bisa dicapai dengan jalan kaki, menyusuri jalan setapak yang cukup terjal dan mendaki.

Di pintu masuk lokasi terdapat sebuah sendang. Masyarakat sekitar goa menyebutnya dengan nama Sendang Ubalan.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, jika ingin kehidupan rumah tangganya langgeng, hendaknya ngalap berkah di Goa Margo Tresno dan mandi di sendang Ubalan.

Karena kepercayaan ini, tak heran bila Goa Trisno, nyaris tidak pernah sepi pengunjung. Rata-rata, pengunjung yang datang ke goa ini adalah berpasang-pasangan.

Berdasarkan cerita warga sekitar, goa ini pernah menjadi tempat pertapaan Raden Alip, seorang bangsawan dari Kerajaan Demak yang juga pengikut Sunan Kalijaga, serta kekasihnya yang bernama Nur Siti.

Goa Margo Trisno Ngluyu Nganjuk 1
Goa Margo Trisno.

Pasangan yang sedang dimabuk asmara itu terpaksa bertapa di goa ini lantaran percintaannya sempat diterpa suatu masalah.

Entah karena apa, orang tua Nur Siti ingin menjadikan anak perawannya ini sebagai tumbal.

Agar hal itu tidak terjadi dan hubungan mereka tetap langgeng, Raden Alip memutuskan untuk membawa lari Nur Siti dan mencari ketentraman bersama.

Dalam perjalanan pelariannya, mereka menemukan sebuah goa yang berada di sebuah lereng bukit.

Mereka pun akhirnya memutuskan bertapa di goa tersebut. Dan ternyata, keduanya merasa mendapatkan ketentraman dan keabadian hubungan percintaan.

Mereka pun, akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya di Goa Trisno dan dimakamkan di suatu tempat yang tidak jauh dari goa.

Kemudian, oleh masyarakat sekitar, makam tersebut dikenal dengan nama Makam Tlimah.

“Dari riwayat inilah nama Margo Tresno berasal. Margo memiliki arti jalan, dan Tresno berarti cinta,” kata Tasmijan (52), juru kunci Goa Trisno dan Makam Tlimah.

Meski berkaitan dengan percintaan, Tasmijan mewanti-wanti agar tidak berbuat aneh-aneh di kawasan Goa Trisno.

“Jangan sekali-kali menyalahgunakan tempat ini untuk berbuat yang tidak baik, bila tidak ingin mendapat celaka,” lanjut Tasmijan.

sendang ubalan ngulyu nganjuk
Sendang Ubalan.

Dikatakan Tasmijan, dari cerita para leluhur yang diketahuinya, jauh sebelum dipakai Raden Alib dan Nur Siti untuk bertapa, Goa Margo Tresno juga pernah dipakai prajurit Kerajaan Majapahit se¬bagai jalan (terowongan) rahasia.

Menurutnya, goa tersebut bahkan tembus sampai Bojonegoro dan Tuban. Ketika sedang terjadi pemberontakan Ranggalawe.

Agar tidak diketahui oleh musuh, pasukan Maja¬pahit menggunakan lorong goa ini seba¬gai jalan rahasia untuk menyusup ke wilayah Tuban dan Bojonegoro yang dikuasai Ranggalawe.

Adanya lorong Goa Margo Trisno yang dipercaya tembus sampai Bo-jonegoro dan Tuban, mungkin saja bukan sekedar ceri¬ta.

Ketika memasuki goa yang banyak dihuni kelelawar ini, kita akan menemukan dua lorong yang berlawanan arah. Arah ke selatan, langsung tembus ke atas (Goa Lemah Jeblong).

Dan satu lorong lagi, tembus ke utara dan sampai sekarang masih menja¬di misteri. Mungkin lorong yang ke utara itulah yang disebut-sebut bisa tembus sampai ke Bojonegoro.

Berdasarkan data Disparda Kabupaten Nganjuk, di sekitar goa yang ruangan depannya memiliki luas lebih kurang 15 meter x 50 meter ini, juga terdapat banyak goa.

Seperti Goa Gondel, Goa Bale, Goa Pawon, Goa Omah dan Goa Landak. Goa-goa tersebut kemungkinan besar saling berhubungan satu sama lain.

Meski Goa Margo Trisno dipercaya membawa ketentraman dan kelanggengan rumah tangga bagi orang yang memasukinya, namun tidak bagi masyarakat sekitar.

Warga sekitar goa ternyata tidak bisa menikmati keberkahan seperti mitos yang beredar. Hanya orang-orang luar wilayah Ngluyu-lah yang bisa merasakan keberkahan tersebut.

“Orang sini menganggap biasa dengan keberadaan goa ini, tidak mempunyai arti apa-apa. Orang luar-lah yang lebih percaya, jika masuk atau bersemedi di goa ini akan mendapat berkah,” kata Suwanto. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *