Travel & Kuliner

Kampoeng Heritage Kajoetangan, Nuansa Antik dan Kenangan Masa Lalu di Tengah Kota Malang

×

Kampoeng Heritage Kajoetangan, Nuansa Antik dan Kenangan Masa Lalu di Tengah Kota Malang

Sebarkan artikel ini
kampung herritage kajoetangan kota malang
Salah satu rumah kuno di Kampoeng Heritage Kajoetangan, Kota Malang.

MALANG, KrisnaNusantara.com – Kampoeng Heritage Kajoetangan merupakan destinasi wisata dengan konsep perkampungan tua nan klasik di tengah Kota Malang.

Diketahui, kampung yang mengusung unsur sejarah dan budaya ini sudah ada sejak abad ke-13.

Dulunya, kampung tersebut menjadi tempat tinggal pribumi dan juga keturunan bangsa Belanda pada masa kolonial.

Sisa-sisa kejayaan pada masa kolonial di kampung Kayutangan masih terjaga rapi dan menjadi potensi besar dan terpendam.

Di antaranya, bangunan-bangunan tua dan bersejarah seperti Makam Mbah Honggo, Kuburan Tandak, Langgar tua, Pasar Talun, Terowongan, dan lainnya.

Kampoeng Heritage Kajoetangan ditetapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Malang sebagai kawasan warisan budaya, pada 22 April 2018 dengan banyak peninggalan bernuansa tempo dulu.

Peninggalan -peninggalan tersebut mempunyai sejarah tersendiri dan bisa menjadi komoditi dalam menghadirkan wisata di tengah Kota Malang.

Yang menjadi daya tarik wisatawan terhadap kampung Kayutangan ini, adalah banyaknya bangunan-bangunan tua yang menjadi spot foto estetik dan menarik.

Sejumlah bangunan tua tersebut, di antaranya:

1) Rumah STMJ Ranuatmodjo

Sesuai dengan namanya, bangunan ini milik dari keluarga Ranuatmodjo. Rumah ini terletak di Jalan A.R Hakim II dan dibangun pada tahun 1930-an.

Rumah ini memiliki jenis atap campuran perisai dan atap pelana. Sejak didirikan hingga sekarang masih belum ada renovasi yang signifikan, sehingga interior-interiornya masih asli.

Terdapat tambahan kafe yang menjual STMJ di teras rumah. STMJ merupakan akronim dari Susu Telur Madu Jahe, minuman hangat dari susu segar yang dicampurkan dengan telur ayam kampung, madu, dan jahe segar.

Kafe ini adalah pilihan yang tepat bagi Anda untuk menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga.

2) Rumah Punden

Rumah Punden adalah milik keluarga H Moch Djazuli and Bu Sartini. Berlokasi di Jl AR Hakim II No 1258.

Rumah ini dibangun pada tahun 1925-an. Bangunan ini merupakan rumah tingkat kali pertama di wilayah Kajoetangan yang memiliki tiga lantai.

Nama Punden diambil dari istilah “Punden” yang artinya bertingkat.

Rumah ini sekarang ditinggali keluarga Ibu Sartini dengan anaknya yaitu Ibu Eli.

Arsitektur kolonial dari rumah ini dapat dilihat dari elemen ventilasi, jendela dan pintu.

3) Rumah Jacoeb

Rumah Jacoeb beralamat Jl AR Hakim II No 1193. Bangunan ini didirikan sekitar tahun 1920-an, dengan pemilik pertama Bapak Jacoeb.

Jacoeb sangat tertarik melukis. Hasil lukisannya masih kokoh terpajang di dinding dalam rumahnya. Umur lukisan tersebut sama tuanya dengan rumah. Mendekati satu abad.

Dari awal berdiri, rumah Jacoeb belum pernah ada perubahan, termasuk pagar di depan rumah.

Rumah ini dibangun pada tahun 1920-an, yang mana terdapat plakat bertuliskan tahun pembangunan rumah, tertempel di dinding samping pintu masuk ke rumah sebagai bukti.

Sekarang, rumah ini ditinggali oleh generasi kedua dari pemilik rumah, yaitu Ibu Yurislim (68). Arsitektur kolonial rumah ini dapat dilihat dari elemen ventilasi, jendela dan pintu.

Bila dilihat dari atas, bentuk bangunan rumah ini sangat unik yaitu berbentuk segitiga.

4) Rumah Jamu

Rumah Jamu berlokasi di Jl AR Hakim II No 7, dibangun sekitar tahun 1940-an. Pemilik pertamanya ialah keluarga Ibu Esther.

Rumah Jamu sudah dibangun sejak tahun 1945 dan memiliki gaya arsitektur khas Jawa yang kental terasa. Arsitektur kolonial rumah ini dapat dilihat dari elemen ventilasi, jendela dan pintu.

Rumah ini dulunya pernah digunakan sebagai tempat pengobatan Shin She, yaitu pengobatan akupuntur tradisional dari Tiongkok.

Selain pengobatan Shin She, ada juga aneka racikan jamu seduh. Hal itu pula yang membuat rumah ini dikenal dengan Rumah Jamu.

5) Rumah 1870

Sejarah penamaan Rumah 1870 ini diambil dari tahun dibangunnya rumah ini, yaitu pada tahun sekitar 1870.

Rumah ini dibangun oleh generasi pertama dari keluarga Bapak Nur Wasil. Rumah 1870 merupakan rumah tertua yang berada di kawasan Kajoetangan. Berlokasi di Jalan Basuki Rahmad gang 6 No 988. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *