Jombang – KrisnaNusantara.com, Polemik yang terjadi pada yayasan pendidikan di Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur rupanya tak kunjung selesai. Kemudian, para wali murid yang mengaku kecewa atas konflik itu, mereka mendatangi sekolah untuk meminta raport anaknya yang tak kunjung diberikan karena masih di tahan pihak yayasan.
“Kita ndak mau ribut-ribut, kita mau ambil rapor seharusnya dikasihkan semua. Tapi kita dikasih lampiran saja. Yang menahan rapor yayasan atau sekolah lama,” kata Suparno, salah satu wali murid warga Desa Bareng, kepada wartawan. Selasa (23/7/2024).
Disinggung alasan kenapa raport ditahan oleh sekolah Suparno (42) mengatakan. “Alasannya menyusul gitu saja,” lanjutnya.
Wali murid mengaku merugi dengan adanya penahanan rapor hasil belajar. Terlebih seharusnya wali murid mengetahui nilai-nilai hasil belajar anaknya, namun sampai saat ini tak kunjung ia ketahui.
“Jelas merugi, karena tidak tahu hasil belajar, sekolah yang baru juga butuh. Kami merasa kecewa,” lontarnya.
Suparno juga mengungkapkan, memilih sekolah atau lembaga pendidikan merupakan hak semua orang, hal itu dilindungi undang-undang.
“Apabila pindah sekolah tapi ada rapor yang ditahan ya kecewa. Harusnya dikasihkan ini, misal ada urusan administrasi ya diselesaikan,” ungkapnya.
“Sejak awal saya menitipkan anak saya di Bu Wahyu, selaku Kepala Sekolah saat itu, walau ada konflik ya tetap saya ikut Bu Wahyu. Disini Bu Wahyu tidak pernah intervensi murni kemauan wali murid dan siswa,” tegasnya.
Saat ini Suparno masih cukup sabar untuk menempuh jalur musyawarah. Namun jika tetap rapor tidak diberikan maka pihaknya akan menempuh jalur sesuai perundang-undangan.
“Kita saat ini pakai jalur musyawarah yang baiknya gimana, kalau tetap ndak dikasih ya mau bagaimana lagi,” tandasnya.
Sementara itu, Wahyu mantan kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) di yayasan membenarkan hal itu, namun ia tak mengetahui alasan ditahan. Dia menyebut, pada saat tahun ajaran baru anak-anak itu ingin pindah sekolah, namun rapor siswa masih ditahan oleh sekolah lama.
“Iya, warga merasa risau akhirnya datang ke sekolah. Tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena rapor mereka masih di sekolah lama,” tuturnya.