JOMBANG, KrisnaNusantara.com – Makam yang berada dalam naungan cungkup di desa Marmoyo, kecamatan Kabuh, kabupaten Jombang, Jawa Timur ini, cukup unik dan menyimpan kisah.
Uniknya, keberadaan makam tersebut berada di puncak sebuah bukit. Warga desa setempat menyebutnya gunung Marmoyo.
Tak hanya unik, makam tersebut dipercaya menyimpan kisah cukup panjang dan diyakini menjadi bukti tentang pembabat alas desa Marmoyo.
Makam tersebut adalah makam Eyang Marmoyo dan Eyang Marmadi. Keduanya merupakan kakak beradik yang sama-sama sakti mandraguna.
“Iya benar, makam itu adalah makam Marmoyo dan Marmadi, kakak adik,” kata Kartono, mantan kepala desa (Kades) Marmoyo.
Hanya saja, kakak beradik ini bertarung di sebuah lokasi yang kini merupakan wilayah desa Tanjungwadung, kecamatan Kabuh, Jombang.
Jarak antara desa Tanjungwadung dengan desa Marmoyo saat ini saling berdekatan. Keduanya adalah desa bertetangga.
Entah apa pemicunya sehingga dua bersaudara Marmoyo dan Marmadi ini berselisih dan bertempur, hingga saat ini masih menyimpan misteri.
Kartono sendiri mengaku tidak tau secara pasti, kapan terjadinya pertarungan kakak beradik tersebut.
“Ceritanya yang pertama itu, dahulu kala, saya juga kurang tau tahunnya berapa, ada dua kakak adik yang sakti melakukan pertarungan itu di desa Tanjungwadung,” ujarnya. Minggu (28/1/2024).
Setelah bertarung, lanjut Kartono, mereka berjalan sampai sungai yang kini bernama sungai gulu. Gulu merupakan bahasa Jawa yang berarti leher,
“Mereka berdua kalau perang atau gulat, suka memotong leher, makanya nama sungainya disebut kali gulu (leher). Masih ada itu cuman kecil sungainya,” lanjutnya.
Kemudian, keduanya sampai di sebuah tempat perbukitan yang kini warga setempat menyebutnya gunung Marmoyo.
“Jadi nama gunung Marmoyo itu, tidak bisa lepas dari sejarah perjalanan Marmoyo dan Marmadi, yang menjadi cikal bakal desa Marmoyo,” jelas Kartono.
Selain itu, desa Marmoyo juga memiliki sumber air yang jernih dan menjadi salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan warga.
Nah, sumber air yang mengalir ke sungai inilah, diyakini mengalir sampai ke Surabaya.
Dari aliran sungai tersebut, akhirnya dijadikan atau diabadikan sebuah nama jalan di Surabaya, bernama jalan Marmoyo. (*)