Travel & Kuliner

Telaga Paca, Hidden Gem di Halmahera Utara dan Kisah Memeua-Kobubu

×

Telaga Paca, Hidden Gem di Halmahera Utara dan Kisah Memeua-Kobubu

Sebarkan artikel ini
Telaga Paca, tempat wisata yang indah dan asri di Halmahera Utara.

HALMAHERA | KrisnaNusantara.com – Pulau Halmahera merupakan pulau terluas di Kepulauan Maluku. Pulau ini memang dikenal menyimpan banyak sekali keindahan alam yang tidak boleh luput dari wishlist para pecinta alam.

Jika yang banyak dikenal dari pulau ini adalah keidahan lautnya, kali ini berbeda. Di Halmahera Utara, tepatnya di Kecamatan Tobelo, kalian akan menemukan hamparan danau yang indah, asri dan tenang.

Adalah Telaga Paca, dengan tenangnya hamparan telaga. Hembusan angin segar dengan latar belakang pegunungan dan hutan rindang yang menjadikannya tempat paling tepat untuk menenangkan diri, meletakkan segala penat dan mengurai kusutnya pikiran.

Bagaimana tidak, landscape yang tersaji bagi mata kita, begitu mempesona. Selain itu, fasilitas yang disuguhkan juga turut memanjakan para pengunjung. Terdapat kafe mini yang menyediakan berbagai minuman dan makanan ringan, disediakan juga gazebo-gazebo kayu yang nyaman untuk bersantai.

Bagi kalian yang ingin berenang, tersedia juga kolam renang lengkap dengan kursi santai di sepanjang pinggirannya yang cocok untuk merebahkan diri menikmati segala panorama yang terpampang.

Bukan hanya itu, Telaga Paca menghadirkan berbagai spot foto yang instagramable bagi kalian yang hobi fotografer atau berselfi ria. Bahkan kalian yang merencanakan meeting dengan rekan-rekan kerja disediakan spot dengan kursi-kursi dan meja panjang yang cocok untuk mengadakan pertemuan.

Tersedia pula penyewaan perahu untuk menyusuri keindahan dan keasrian danaunya. Telaga Paca benar-benar definisi hidden gem-nya Halmahera Utara.

Telaga Paca terletak di desa Talaga Paca. Jaraknya sekitar 25 kilometer dari Kota Tobelo.

Untuk menikmati segala keindaan dan fasilitasnya, kalian cukup merogoh kocek Rp 100 ribu saja per orang dan sudah include makan siang sekali.

Untuk menuju ke Telaga Paca, pelancong dari luar pulau harus menuju kota Ternate terlebih dahulu. Kemudian menyeberang ke pelabuhan Sofifi dan dilanjut perjalanan darat sekitar 4 jam untuk sampai di Desa Talaga Paca ini.

Siapa sangka di balik keindahan dan ketenangan yang disuguhkan, ternyata Telaga Paca menyimpan cerita legenda.

Dilansir dari Kompasiana, menurut cerita rakyat yang telah meluas, konon ada gadis yang bernama Memeua yang tinggal ditengah hutan bersama beberapa keluarga. Karena tinggal di hutan jarak antar rumah satu dengan rumah yang lain berjauhan.

Pada suatu hari datanglah seorang lelaki berasal dari Galela bernama Kobubu. Akhirnya, mereka saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.

Mendekati hari pernikahan, Kobubu memohon kepada Memeua untuk pergi sebentar ke kampung halamannya di Galela. Permintaan Kobubu dipenuhi dengan satu syarat yaitu harus membawa air telaga secukupnya yang berasal dari Gelela.

Sekembalinya dari Galela, dibawalah air dalam seruas bambu yang dibawa Kobubu. Melihat hal tersebut Memeua senang dan menuangkan sebagian air ke dalam bejana dan sebagianya lagi dituangkan ke dalam tanah yang sudah dibuatkan lubang kecil seukuran batok kelapa.

Untuk mencegah air agar tidak kotor, Memeua menutupnya dengan batok kelapa. Keanehan terjadi keesokan harinya, lubang air yang ditutupi tempurung kelapa akhirnya melebar dan membuat tempurung kelapa yang menutupinya mengapung di atas air.

Melihat hal itu, Mememua menutupnya kembali dengan menggunkan tikar yang terbuat dari anyaman daun kelapa.

Keesokan harinya, kali ini tidak hanya Memeua dan Kobubu yang terkejut, melainkan penduduk desa juga terkejut, karena air yang di tampung Memeua semakin melebar dan siap menenggelamkan desa tersebut.

Akhirnya, penduduk lari menyelamatkan diri dengan mengambil barang berharga yang dibawa dari rumah. Sementara pasangan suami istri ini menyelamatkan diri secara terpisah. Memeua lari ke arah tenggara, sedangkan Kobubu lari ke arah barat laut.

Gelombang air menyebar menenggelamkan pemukiman penduduk dan mengejar warga yang menyelamatkan diri, termasuk pasangan Memeua dan Kobubu. Memeua berlari menyelamatkan diri dengan cara memegang pada batang pohon Torobuku.

Ganasnya air yang menghampiranya, memutuskan Memeua untuk berkorban demi terhentinya air dengan cara booteke yaitu proses gaib dengan menyatukan diri ke dalam pohon.

Memeua berucap kepada air agar berhenti mengalir cukup sampai di sini dan jangan melebar. Memeua juga mengatakan kepada air agar mengalir ke kali Mawea. Ajaibnya, air yang tadinya mengamuk menuruti kemauan Memeua.

Sementara itu, Kobubu bernasib tidak berbeda. Ia mengorbankan dirinya sebagai pembatas bagian barat agar air berhenti mengalir dan tidak meluas.

Menurut kepercayaan masyarakat Halmahera Utara, jika muncul gelembung-gelembung air di tengah Talaga Paca, hal itu adalah perwujudan dari Kobubu yang sedang bernapas.

Sedangkan pohon Torobuku yang berada di tepi Talaga Paca adalah perwujudan dari Memeua yang melakukan bootake. *)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *