KrisnaNusantara.com – Memasuki penghujung, bulan Rajab menyimpan kisah ikonik sebagai salah satu bukti nyata kebesaran Allah SWT atas mukjizat yang telah diberikan pada Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab.
Merujuk pada kalender hijriah Indonesia, 27 Rajab 1445 H, bertepatan pada Kamis, 08 Februari 2024.
27 Rajab memang sangat identik dengan peristiwa teleportasi (lipat bumi) yang hanya bisa dilakukan oleh makhluk pilihan melewati langit ke tujuh menuju sidratul muntaha.
Namun, kita juga perlu sedikit mengulik latar belakang salah satu peristiwa dahsyat yang dikenal dengan Isra Mikraj.
Peristiwa isra mikraj erat kaitannya dengan meninggalnya Sayyidah Khadijah (istri Rasulullah SAW) dan Abu Thalib (paman Rasulullah) pada tahun kesepuluh kenabian.
Selain itu, Rasulullah SAW juga mendapatkan gangguan berupa teror dari kaum Quraisy. Tekanan-tekanan baik dari internal dan eksternal telah sempurna Rasulullah terima yang membuatnya terhimpit dari segala arah.
Isra dan Mikraj dimaknai menjadi 2 (dua) peristiwa. Isra merupakan perjalanan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Makkah (Ka’bah) menuju Madinah (Baitul Maqdis).
Sedangkan Mikraj bermakna kenaikan, artinya Allah SWT mengangkat Nabi Muhammad dari Madinah (Baitul Maqdis) ke Sidratul Muntaha dengan melewati lapisan langit ke tujuh.
Sebagaimana diterangkan dalam al-Quran surat al-Isra’ ayat 1 sebagaimana berikut:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: “Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat”.
Maka dari itu, peristiwa isra mikraj dikisahkan menjadi bentuk hiburan atau hadiah yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW atas masa-masa pelik tersebut.
Dari kisah tersebut, adakah pesan moral yang dapat kita terapkan pada kehidupan sehari-hari?
Tentu saja banyak pesan moral atau hikmah yang bisa dipetik dari peristiwa isra mikraj tersebut.
Dikutip dari al-Quran surat Ali Imran ayat 191 bahwasannya “… Ya Tuhan kami, tidakkah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, …”
Pertama, dengan adanya masa-masa pelik karena meninggalnya dua orang mulia yang amat disayangi Rasulullah SAW, kemudian Allah SWT memberikan kesempatan untuk diperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya melewati langit ke tujuh.
Pesan tersirat yang dapat kita ambil adalah apabila dalam keadaan suntuk atau masa-masa pelik, alangkah baiknya untuk bepergian dalam hal positif guna menemukan ketenangan dengan menyaksikan kebesaran-Nya.
Selanjutnya, pada kehidupan sehari-hari tidak hanya terisi dengan kejadian yang positif dan tidak menutup kemungkinan hal yang tidak diinginkan bisa terjadi tanpa disengaja. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi lebih memahami sehingga dapat melewati proses yang ada.
Kemudian dengan adanya peristiwa yang mungkin tidak bisa dinalar oleh akal manusia, yaitu teleportasi melewati langit ke tujuh menuju sidratul muntaha.
Hal tersebut dapat meningkatkan keimanan kita. Sebab, bagi sebagian manusia mungkin saja tidak akan percaya kepada kemukjizatan kalau tidak ada keimanan dalam hatinya.
Wallahu a’lam bi as-shawab (*)